Pages

Subscribe:

Rabu, 09 Mei 2012

Sejarah Radiologi

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari krostal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.

Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan Roentgen adalah foto jari-jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.

Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Roentgen antara lain bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetic dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya adalah bahwa sinar ini menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya, terdapat juga foto-foto pertama yang berhasil dibuat oleh Roentgen ialah benda-benda logam di dalam kotak kayu, diantaranya sebuah pistol dan kompas.
Setahun setelah Roentgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pda tahun 1895 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga. Tidak lama kemudian, Marie dan Piere Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan suami istri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia. Tidak lama sesudah itu mereka menemukan unsur radium yang memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih banyak dari uranium.
Baik Roentgen yang pada tahun-tahun setelah penemuannya mengumumkan segala yang diketahuinya tentang sinar X tanpa mencari keuntungan sedikitpun, maupun Marie dan Piere Curie yang juga melakukan hal yang sama, menerima hadiah Nobel. Roentgen menerima pada tahun 1901, sedangkan Marie dan Piere Curie pada tahun 1904. Pada tahun 1911, Marie sekali lagi menerima hadiah Nobel untuk penelitiannya di bidang kimia. Hal ini merupakan kejadian satu-satunya di mana seseorang mendapat hadiah Nobel dua kali. Setelah itu, anak Marie dan Piere Curie yang bernama Irene Curie juga mendapat hadiah Nobel dibidang penelitian kimia bersama dengan suaminya, Joliot pada tahun 1931.
Sebagaimana biasanya sering terjadi pada penemuan-penemuan baru, tidak semua orang menyambutnya dengan tanggapan yang baik. Ada saja yang tidak senang, malahan menunjukkan reaksi negative secara berlebihan. Suatu surat kabar malamdi London bahkan mengatakan bahwa sinar baru itu yang memungkinkan orang dapat melihat tulang-tulang orang lain seakan-akan ditelanjangi sebagai suatu hal yang tidak sopan. Oleh karena itu, Koran tersebut menyerukan kepada semua Negara yyang beradab agar membakar semua karya Roentgen dan menghukum mati penemunya.
Suatu perusahaan lain di London mengiklankan penjualan celana dan rok yang tahan sinar-X, sedangkan di New Jersey, Amerika Serikat, diadakan suatu ketentuan hokum yang melarang pemakaian sinar-X pada kacamata opera. Untunglah suara-suara negatif ini segera hanyut dalam limpahan pujian pada penemu sinar ini, yang kemudian ternyata benar-benar merupakan suatu revolusi dalam ilmu kedokteran.
Seperti dikatakan di atas, Roentgen menemukan hampir semua sifat fisika dan kimia sinar yang diketahuinya, namun yang belum diketahui adalah sifat biologiknya. Sidat ini baru diketahui beberapa tahun kemudian sewaktu terlihat bahwa kulit bias menjadi berwarna akibat penyinaran Roentgen. Mulai saat itu, banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai terpikirkan bahwa sinar ini dapat membahayakan dan merusak sel hidup manusia. Tetapi lama kelamaan yaitu dalam dasawarsa pertama dan kedua abad ke-20, ternyata banyak pionir pemakai sinar Roentgen yang menjadi korban sinar ini.
Kelainan biologik yang diakibatkan oleh Roentgen adalah berupa kerusakan pada sel-sel hidup yang dalam tingkat dirinya hanya sekedar perubahan warna sampai penghitam kulit, bahkan sampai merontokkan rambut. Dosis sinar yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan lecet kulit sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan nekrosis itu dapat menjelma menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit.
Selama dasawarsa pertama dan kedua abad ini, barulah diketahui bahwa puluhan ahli radiologi menjadi korban sinar Roentgen ini. Nama-nama korban itu tercantum dalam buku yang diterbitkan pada waktu kongres Internasional Radiologi tahun 1959 di Munich: Das Ehrenbuch der Roentgenologen und Radiologen aller Nationen.
Salah seorang korban diantara korban sinar Roentgen ini ialah dr.Max Hermann Knoch, seorang Belanda kelahiran Paramaribo yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Beliau adalah dokter tentara di Jakarta yang pertama kali menggunakan alat Roentgen maka ia bekerja tanpa menggunakan proteksi terhadap radiasi, seperti yang baru diadakan pada tahun lima puluhan. Misalnya pada waktu ia membuat foto seorang penderita patah tulang, anggota tubuh dan tangannya pun ikut terkena sinar, sehingga pada tahun 1904, dr.Knoch telah menderita kelainan-kelainan yang cukup berat, seperti luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Pada tahun 1905 beliau dikirim kembali ke Eropa untuk mengobati penyakitnya ini, namun pada tahun 1908 kembali lagi ke Indonesia dan bekerja sebagai ahli radiologi di RS.Tentara, Surabaya, sampai tahun 1917. Pada tahun 1924 ia dipindahkan ke Jakarta, dan bekerja di rumah sakit Fakultas Kedokteran sampai akhir hayatnya. Akhirnya hamper seluruh lengan kiri dan kanannya menjadi rusak oleh penyakit yang tak sembuh yaitu nekrosis, bahkan belakangan ternyata menjelma menjadi kanker kulit. Beliau sampai di amputasi salah satu lengannya, tetapi itupun tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. Pada tahun 1928, dr.Knoch meninggal dunia setelah menderita metastasis luas di paru-parunya.
Setelah diketahui bahwa sinar Roentgen dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang dapat berlanjut sampai berupa kanker kulit bahka leukemia, maka mulailah diambil tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan tersebut. Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun 1953 dibentuk The International Committee on Radiation Protection, yang menetapkan peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan selama seseorang mengindahkan semua petunjuk tersebut, maka tidak perlu khawatir akan bahaya sinar Roentgen.
Diantara petunjuk-petunjuk proteksi terhadap radiasi sinar Roentgen tersebut adalah: menjauhkan diri dari sumber sinar, menggunakan alat-alat proteksi bila harus berdekatan dengan sinar seperti sarung tangan, rok, jas, kursi fluoroskopi, berlapis timah hitam (Pb) dan mengadakan pengecekan berkala dengan memakai film-badge dan pemeriksaan darah, khususnya jumlah sel darah putih (leukosit).
Di Indonesia penggunaan sinar Roentgen cukup lama. Menurut laporan, alat Roentgen sudah digunakan sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial Belanda dalam perang di Aceh dan Lombok. Selanjutnya pada awal abad ke-20 ini, sinar Roentgen terutama digunakan di Rumah sakit Militer dan rumah sakit pendidikan dokter di Jakarta dan Surabaya. Ahli radiologi Belanda yang bekerja pada Fakultas Kedokteran di Jakarta pada tahun-tahun sebelum perang dunia ke II adalah Prof.B.J. Van der Plaats yang jugatelah memulai melakukan radioterapi disamping radiodiagnostik.
Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini adalah R.M. Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja di Semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan Jepang dipindahkan ke Surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.
Pada tahun yang sama dengan penemuan sinar Roentgen, lahirlah seorang bayi di pulau Rote, NTT, yang bernama Wilhelmus Zacharias Johannes, yang dikemudian hari berkecimpung di bidang radiologi.
Pada akhir tahun dua puluhan waktu berkedudukan di kota Palembang, dr. Johannes jatuh sakit cukup berat sehingga dianggap perlu dirawat untuk waktu yang cukup lama di rumah sakit CBZ Jakarta. Penyakit yang diderita ialah nyeri pada lutut kanan yang akhirnya menjadi kaku (ankilosis). Selama berobat di CBZ Jakarta, beliau sering diperiksa dengan sinar Roentgen dan inilah saat permulaan beliau tertarik dengan radiologi. Johannes mendapat brevet ahli radiologi dari Prof. Van der Plaats pada tahun 1939. Beliau dikukuhkan sebagai guru besar pertama dalam bidang radiologi Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1946.
Pada tahun 1952 Johannes diberi tugas untuk mempelajari perkembangan-perkembangan ilmu radiologi selama beberapa bulan di Eropa. Beliau berangkat dengan kapal Oranje dari Tanjung Priok. Pada saat keberangkatan, beberapa anggota staf bagian radiologi, yaitu dr. Sjahriar Rasad, Ny. Sri Handoyo dan Aris Hutahuruk alm. turut mengantar beliau. Prof. Johannes meninggal dunia dalam melakukan tugasnya di Eropa pada bulan September 1952. selain menunjukkan gejala serangan jantung, beliau juga menderita Herpes Zoster pada matanya, suatu penyakit yang sangat berbahaya.
Dalam usaha untuk menempatkan nama beliau sebagai tokoh radiologi kaliber dunia, maka pada kongres radiologi internasional tahun 1959 di Munich, delegasi Indonesia di bawah pimpinan Prof.Sjahriar Rasad berhasil menempatkan foto beliau di antara Martyrs of Radiology yang ditempatkan di suatu ruangan khusus kongres tersebut. Tahun 1968 beliau dianugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan oleh Pemerintah, walaupun telah wafat. Dan pada tahun 1978 jenazah almarhum dipindahkan ke Taman Pahlawan Kalibata.
Almarhum tidak saja dianggap sebagai Bapak Radiologi bagi para ahli radiologi, melainkan juga oleh semua orang yang berkecimpung dalam radiologi termasuk radiographer. Beliau juga adalah Bapak Radiologi dalam bidang pendidikan dan keorganisasian. Beliaulah yang mengambil prakarsa untuk mendirikan Sekolah Asisten Roentgen pada tahun 1952, dan beliaulah yang mulai mendirikan organisasi yang mendahului Ikatan Ahli Radiologi Indonesia (IKARI) yaitu seksi radiologi IDI pada tahun 1952.
Pada tahun 1952 segelintir ahli radiologi yang bekerja di RSUP yaitu G.A.Siwabessy, Sjahriar Rasad, dan Liem Tok Djien, mendirikan Sekolah Asisten Roentgen karena dirasakan sangat perlunya tenaga asisten Roentgen yang berpendidikan baik.
Pada tahun 1970 Sekolah Asisten Roentgen yang dahulunya menerima murid lulusan SMP ditingkatkan menjadi Akademi Penata Roentgen (APRO) yang menerima siswa lulusan SMA.
Dengan semakin banyaknya jumlah asisten Roentgen yang berpengalaman, bahkan beberapa diantaranya mendapat pendidikan tambahan di luar negeri, maka pelajaran-pelajaran di APRO sebagian besar sudah dapat diberikan oleh para asisten Roentgen dan hanya Direktur sajalah yang berpangkat ahli radiologi karena merupakan syarat bagi suatu akademi. Para ahli radiologi sangat berkepentingan dalam perkembangan dan peningkatan mutu para asisten Roentgen, yang sekarang nama resminya menjadi penata Roentgen.

Selasa, 01 Mei 2012

BIODATA


Nama Lengkap                         : ARNIATI AMALIAH SINAGA     
Nama Panggilan                        : OSIN
No. Induk Mahasiswa (NIM)   : 11067                                              
Tempat/Tgl Lahir                     : KENDARI, 17 JULI 1993
Jenis Kelamin                           : PEREMPUAN
Agama                                      : ISLAM
Asal Sekola                              : SMA NEGERI 9 KENDARI  
Alamat Rumah                         : JL URIP SUMUHARDJO KM 5
Anak ke 3  dari 3 orang bersaudara
Nama Ayah                               : SINAGA
Pekerjaan                                 : WIRASWASTA
Nama Ibu                                 : SARTINI B.
Pekerjaan                                 : WIRASWASTA
Alamat Orang Tua                   :  JL B. MATAHARI I NO 33Z KEMARAYA, KENDARI.  SULTRA

MATERI RADIOFOTOGRAFI 1


TEKNIK PENYIMPANAN FILM
1.    Syarat  penyimpanan film secara umum
a.    Suhu ruangan ± 13°C
b.    Kelembaban maksimal 50 % dalam keadaan dingin dan kering
c.    Terlindung dari radiasi
d.    Jauh dari bahan kimia
e.    Tidak terjadi tekanan mekanis antara boks film
2.    Syarat penyimpana film digudang
a.    Udara dingin dan kering
b.    Sirkulasi udara cukup
c.    Film harus disimpan menurut expire date
d.    Temperature 20°C (menggunakan pendingin)
3.    Syarat penyimpanan film di kamar gelap
a.    Harus disimpan dimeja yang kering
b.    Box dibuka dalam keadaan gelap
c.    Disimpan tegak (Vertikal)
d.    Box selalu dalam keadaan tertutup
4.    Syarat menyimpan film dikamar pemeriksaan
a.    Film berada dalam kaset
b.    Jauh dari sumber radiasi
c.    Terpisah antara kaset yang sudah di ekspos dan belum di ekspos
Penyebab jika tidak memenuhi syarat :
*   FOG level akan meninggi atau membesar
*   Sensitivitasnya akan menurun
*   Kontras menurun
KAMAR GELAP ( Dark room) merupakan area prosessing di dalamnya terdapat safe light dan dekat dari kamar pemeriksaan.Kontruksi kamar gelap
1.        Ukuran kamar gelap untuk yang kecil 10M² atau 2mX5m dibuat memanjang,
2.        Tinggi dari lantai ke langit-langi  2,75m
3.        Lantai yang awet,tahan lama,dan tidak mudah keropos.lantainya mudah dibersihkan,tidak licin,dapat menyerap air dan tahan terhadap cairan kimia.
4.        Dindingnya di cat dengan warna cerah ,tidak mudah koros,dan di cat dengan bahan yang tidak mudah terkelupas.
5.        Temperature kamar gelap 20°C dan kelembaban 50 %
6.         a.    Dindingnya dilapisi Pb 2mm
 b.   Dindingnya dilapisi Barium Sulfat dengan perbandingan 2 : 1 dan    diplester dengan ketebalan 2mm.2 untuk Barium dan 1 untuk semenya.
 c.  Jika dindinya hanya menggunakan batu maka ketebalan batu batanya   225mm
 d.  Dindingya dari beton dengan ketebalan 150mm atau 15cm
 e.  Bisa menggunakan papan dengan dilapisi Pb 2mm
 f.   Dindingya bias menggunakan batu bata 1/2 dengan di plester barium 2.5cm
FASILITAS KAMAR GELAP
1.        Penerangan
Umum               : putih
Khusus              : safe light (merah)
Tujuannya         :  1. Agar dapat melihat bagus tidaknya kaset atau IS
                                    2. Bisa dilihat agar dapat dibersihkan
2.        Meja kerja :        1.Meja kering gunanya untuk tempat rak kaset dan film   hopper.
                         2.Meja basa gunanya sebagai tempat tangki processing.
3.    Tempat film
4.    Label printer
5.    Cassette Hatch
6.    Hanger dan pengering

SENSITOMETRY
            Sensitometry adalah cara yang digunakan untuk melihat respon film terhadap sejumlah cahaya yang diberikan pada film,pada kondisi dan pengolahan tertentu. satuan dari
·           Cahaya                             : erg/cm
·           Sinar-x                              : R/ cm²
Kegunaan dari sensitometry menurut Hodgson tahun 1917
1)        Untuk mencari sensitivitas
2)        Kontras
3)        Sensitivitas dan kontras dengan panjang gelombang
4)        Karakteristik pembangkitan
5)        Karakteristik fluorescent screen
Bahan dari film rontgen :
·           Sensitometer
·           Densitometer
·           Processing
Densitometer ( alat untuk mengukur densitas )
Densitometry ( cara untuk mengukur densitas )
Jenis-jenis sensitometry menurut D.P.Robert (1988)
1)   Time scale sensitometry
Merupakan cara yang paling simpel karena yang diubah waktu ekspos dan sekenya yang lain tetap.variasi sekenya 8 kali,makin banyak makin bagus hasil yang didapatkan.kendala yang ditemuka yaitu perubahan waktu eksposi di pesawatnya tidak beraturan.
2)   Intensity scale sensitometry
Yang divariasi hanya mA dan yang lainnya tetap
3)   Step wedge atau Penetrometer
            Terbuat dari Aluminium yang dibikin secara bertingkat dan memiliki jumlah step 11 dan 21.densitasnya berbeda dari satu step ke step lainnya.


4)   Sensitometry elektrik
Metode yang palin gampang kerena prosesnya cuma 1kali dan film yang digunakan sedikit.kekuranganya yaitu gambar yang dihasilkan biasanya tidak maksimal.
Jenis-jenis sensitometry menurut J.Ball
·      Time scale sensitometry
·      Intensity scale sensitometry
·      X-ray eksposure
·      Ligh exposure
Seri eksposi sensitometry ada 2 metode
1)   Time scale sensitometry
  Pada metode ini tegangan tabung (kV),arus tabung (mA) tetap yang diubah waktunya (S).
*   Tegangan tabung (kV),arus tabung ( mA),dan jarak (FFD) tetap
*   Waktu eksposi selalu divariasi.
*   Dilakukan 11 kali eksposi yang diperlukan untuk membuat plot titik pada kurva karakteristik sehingga di dapatkan grafik yang baik
KEUNTUNGAN :
*        Diketahui waktunya
*        Memungkinkan film dengan densitas yang rendah pada saat masuk pada prosessor terjadi “Reducing Bromide Drag “sehingga mengurangi terjadinya streak artefak pada film
KERUGIAN :
*        Eksposi dilakukan secara kontinyu dimulai dengan 0.1s dan dilanjutkan dengan 0.2,0.4,0.8,1.6,3.2,6.4,12.8,25.6,51.2,102.4 diperlukan timer khusu pada meja sinar-x
*        Kesalahan perulangan “reciptocity failure” sebesar 0,01 s
*        Pengujian ini yang terpenting adalah waktu yang diperlukan untuk pembentukan kurva
2)   Intensity scale sensitometry
·      Dengan menggunakan step wedge/penetrometer
·      Dengan sensitometer
Pada intensity scale sensitometer ada tiga cara yaitu :
1.    Dengan x-ray dengan variasi intensitas sebagai berikut.
Ø Tegangan tabung (kV) dan jarak (FFD) konstan
Ø Variasi nilai arus tabung  ( waktu (s) tetap, variasi arus tabung / mA).
Ø Biasanya dibentuk oleh variasi tinggi tabung (tube) dalam kaitan antara film dengan hukum kuadarat jarak terbalik (inverse square law)
Ø Membutuhkan  ketelitian/akurasi pada pengontrol sinar-X (X-ray set), perhitungan dan pengukuran.
2.    Dengan menggunakan step wedge
Ø Disiapkan stepwedge/penetrometer
Ø Dieksposi dengan cara menempatkan stepwedge dan  tercover keseluruhan bagian dari stepwedge
Ø Faktor eksposi yang meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung dan waktu (mAs)  disesuaikan dengan kombinasi film-screen yang digunakan.
Ø Hasil pengukuran densitas dengan menggunakan densitometer dicatat dan plotting kurva
Keuntungan
Ø Penetrometer dapat membuat sejumlah step, sehingga kurva karakteristik yang didapat bisa lebih akurat
Ø Penetrometer dapat digunakan kembali
Ø  Ini dapat digunakan pada kombinasi screen film yang berbeda
Ø  Waktunya diketahui
Ø   Memungkinkan memproses film dengan  densitas rendah masuk pertama kali pada processor.
Kerugian
Kurva karakteristik film yang dihasilkan hanya untuk tegangan tabung (kV) tertentu.



RADIOGRAFI
Bagian kiri dari garis kaki amabang pintu dank abut basis dasar.
Kabut basis dasar  :  Kepadatan dasar yang direkam, dimana warna biru (sebagai contoh), kepadatan lebih yang direkam kabut yang bersifat kimia yang mungkin mempunyai emulsi penuh selama penyimpanan, pengolahan dan lain – lain.
Tiga pokok penyebab kesalahan fog
a.    Kesalahan itu dapat terjadi di tempat penyimpanan
b.    Kesalahan dari pabrik kamar gelap
c.    Kesalahan selama prosessing
Basis fog < = 0,11 (densitas base) + 0,11(fog)
v Kesalahan penyimpanan
a.       Terlalu lama dipenyimpanan
b.      Temperatur yang tinggi
c.       Kelembapan yang tinggi
d.      Film disimpan secara horizontal
e.       Tingginya radiasi disekitar
f.        Radiasi terpencar
v Kesalahan di kamar gelap
a.       Safelight yang tidak cocok
b.      Penggunaannya memerlukan waktu yang lama
c.       Terlalu banyak safelight
d.      Safelight yang tertutup
e.       Safelight yang terlalu terang
f.        Safelight yang retak/rusak
g.       Cahaya yang masuk
v Kesalahan prosessing
a.       Kelebihan cairan replenishment
b.      Temperature developer tinggi
c.       Waktu yang lama di prossesing
d.      Kontaminasi
e.       Temperatur di fixer terlalu dingin
f.        Waktu yang pendek di fixer
g.       Fixer kekurangan cairan replenisment
Posisi garis lurus /sebenarnya
Informasi dari proses garis lurus
*   Gamma, kontras,peningkatan rata – rata, jangkauan ketebalan yang bermanfaat , film latitude/garis lintang film, jangkauan terbuka yang bermanfaat,kecepatan.